Minggu, 02 September 2012

Sejarah Singkat Masjid Agung Palembang

Pada tahun 1738 M atau pertepatan dengan senin tanggal 1 jumadil Akhir 1151. Hijriyah Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo kemudian mendirikan Masjid yang baru. Peresmian pemakaiannya dilakukan pada hari senin tanggal 26 Mei 1748 Masehi atau 28 Jumadil Awal 1151 Hijriyah. Karena didirikan oleh Sultan, masyarakat kalai itu menyebut masjid yang di bangun oleh sultan dengan sebutan MASJID SULTON.

Bangunan Masjid Agung Palembang berada diatas lahan seluas 2,5 Ha, Ukuran bangunan mesjid waktu pertama di bangun semula seluas 1080 meter persegi, berbentuk segi empat, berukuran pada awalnya 30x36 m dengan daya tampung 1200 jemaah. Bangunan Masjid Agung Palembangg pada awalnya berbentuk persegi empat dengan empat sayap yang sama. Satu sisi untuk mihrab yang berada di dinding bagian selatan dan utara ditempatkan jendela persegi panjang dengan perbandingan 2 : 1 yang mempunyai empat daun jendela. Dua dibagian bawah dari bahan papan yang tertutup dengan lis bersudut, sedangkan atasnya memakai bahan daun kaca. Tiga sisi lainnya di jadikan sebagai pintu gerbang serambi masuk. Masjid ini mempunyai Arsitektur tradisional, yaitu atap berundak dengan limas di puncaknya (mustaka). Mustaka atau kepala dari atap puncak Masjid Agung mempunyai jurai kelompak simbar (tanduk kambing sebanyak 13 buah di setiap sisinya.). Bentuk mustaka ini terjurai dan melengkung ke atas.

Masjid Sulton ini pada awalnya tidak mempunyai menara.menara masjid baru dibuat sepuluh tahun kemudian,yaitu pada masa Sultan Ahmad Najamuddin pada tahun 1758, yang letaknya agak terpisah di sebelah barat. Bentuk menaranya seperti pada menara bangunan kelenteng dengan bentuk atapnya berujung melengkung. Pada bagiaan luar badan menara terdapat teras berpagar yang mengelilingi bagian badan. Masjid ini juga kemudiaan dilengkapi dengan beberapa kambang kolam untuk keperluaan mengambil air wudhu'.

Ketika Kesultanan Palembang Darussalam dihapus secara hukum oleh Belanda pada tanggal 7 Oktober 1823. Maka pada masa-masa inilah semua yang berhubungan dengan kesultanan palembang Darussalam mulai di hulangkan. Termasuk penyebutan Masjid Sulton sudah tidak di perbolehkan oleh Belanda. Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan kapan tepatnya dan siapa yang memulai menyebut nama Masjid Agung Palembang dengan mengubah nama Masjid Sulton menjadi Masjid Agung Palembang. Diperkirakan perubahan penyebutan nama Masjid Sulton menjadi Masjid Agung Palembang terjadi ketika berakhirnya kesultanan Palembang Darussalam yang dimulai pada tanggal 7 Oktober 1823. Sejak saat itu lambat laun mulai menyebutnya menjadi Masjid Agung Palembang hingga kini.

Pada tanggal 10 September Hari Jum'at pukul 10.00 WIB merupakan langkah awal yang penuh sejarah, yaitu dengan telah dimulainya pengerjaan restorasi dan renovasi Masjid Agung Palembang. Restorasi dan renovasi ini dilakukan oleh Gubernur Laksamana Muda Haji Rosihan Arsyad, dengan ketua Umum Pengurus Yayasan Masjid Agung pada saat itu adalah Prof.Dr.Kiagus Haji Oejang Gajah Nata,DABK, dengan sekretaris dipegang oleh Raden Haji Muhammad Saleh Djon. Pelaksanaan renovasi ditandai dengan penurunan genting dari atap masjid oleh Gubernur Sumsel diikuti olehWali Kota Palembang, H. Husni dan Imam Besar Masjid Agung Palembang Al Mukarrom Kiagus Haji Muhammad Zen Syukri.
      

1 komentar: